Investasi di saham properti bisa menjadi peluang besar, namun juga memiliki risiko yang perlu dipahami. Tiga faktor makro ekonomi utama, yaitu suku bunga Bank Indonesia (BI), kebijakan pajak, dan kebijakan moneter pemerintah dapat mempengaruhi kinerja saham-saham properti.
Memahami bagaimana ketiga faktor ini berpengaruh akan membantu Anda membuat keputusan investasi yang lebih bijak. Berikut penjelasan mendalam mengenai ketiga sentimen tersebut.
Platform Jual Beli Properti di Jakarta, Tangerang, Surabaya, Batam, Bogor: eCatalog Sinarmas
Faktor-faktor Makro Ekonomi Utama

ekonomi.republika.co.id
1. Suku Bunga Acuan BI
Suku bunga acuan BI memegang peran penting dalam sektor properti, terutama dalam konteks Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sebagian besar transaksi penjualan properti dilakukan melalui KPR, sehingga perubahan pada suku bunga BI akan langsung berdampak pada bunga KPR.
Ketika suku bunga BI naik, bunga KPR juga meningkat. Hal ini menyebabkan biaya kredit menjadi lebih mahal, yang bisa mengurangi minat masyarakat untuk membeli rumah. Dengan menurunnya permintaan, harga properti cenderung stagnan atau bahkan turun, sehingga berdampak negatif pada saham-saham properti.
Baca Juga: Tips Penting untuk Generasi Muda yang Ingin Bisnis Properti
Sebaliknya, ketika suku bunga BI menurun, bunga KPR akan ikut turun. Ini membuat KPR lebih terjangkau bagi masyarakat, yang kemudian meningkatkan minat untuk membeli rumah. Peningkatan penjualan rumah ini dapat mendongkrak harga properti dan memberikan keuntungan bagi sektor properti.
2. Kebijakan Pajak
Kebijakan pajak dari pemerintah juga memiliki pengaruh besar terhadap saham properti. Salah satu contoh nyata adalah kebijakan diskon pajak properti yang diterapkan selama pandemi COVID-19 pada awal tahun 2020. Pemerintah memberikan insentif pajak untuk merangsang sektor properti yang lesu akibat pandemi.
Diskon pajak properti ini berlaku hingga September 2022 dan disesuaikan berdasarkan harga rumah. Untuk rumah dengan harga di bawah Rp2 miliar, pemerintah membebaskan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%. Sementara itu, untuk rumah dengan harga Rp2-5 miliar, diskon PPN yang diberikan adalah sebesar 50%.
Kebijakan ini berhasil meningkatkan permintaan terhadap properti, karena pembeli merasa lebih terbantu dengan adanya potongan pajak tersebut. Peningkatan permintaan ini tentu saja berdampak positif pada harga properti dan saham-saham yang terkait dengan sektor ini.
Cari Rumah di BSD dengan harga terbaik? Cek disini!
3. Kebijakan Moneter Lain dari Pemerintah
Selain suku bunga dan kebijakan pajak, kebijakan moneter lain dari pemerintah juga dapat mempengaruhi sektor properti. Kebijakan moneter yang dimaksud mencakup berbagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengontrol jumlah uang yang beredar di masyarakat, seperti kebijakan likuiditas dan pengaturan pinjaman.
Contohnya, ketika pemerintah memutuskan untuk melonggarkan kebijakan moneter dengan memberikan stimulus berupa keringanan likuiditas kepada bank-bank, hal ini dapat meningkatkan kemampuan bank untuk menyalurkan kredit, termasuk KPR. Dengan adanya kemudahan ini, lebih banyak masyarakat yang bisa mengakses KPR dengan bunga yang lebih rendah, sehingga meningkatkan daya beli masyarakat terhadap properti.
Sebaliknya, pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan untuk mengendalikan inflasi dapat membuat akses ke pinjaman menjadi lebih sulit dan mahal. Dampaknya, permintaan terhadap properti bisa menurun, yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga dan saham-saham properti.
Baca Juga: Apa Saja Risiko Investasi Properti? Ini Jawabannya!
Dengan pemahaman yang baik, Anda dapat mengambil keputusan investasi yang lebih tepat dan mengoptimalkan peluang untuk mendapatkan keuntungan, serta meminimalkan risiko kerugian. Dapatkan juga informasi menarik dan terkini seputar properti, investasi, dan tata cara finansial lainnya di ecatalog.sinarmasland.com.