Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penurunan belakangan ini. Beberapa faktor diyakini menjadi penyebab dari pelemahan nilai tukar rupiah tersebut, termasuk kenaikan harga bahan baku serta kebutuhan untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Dalam menghadapi situasi ini, Abdul Manap Pulungan, seorang pengamat ekonomi keuangan dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), menyarankan agar masyarakat yang memiliki dana lebih untuk tetap melakukan investasi. Menurutnya, pilihan ini tergantung pada persepsi risiko masing-masing individu. Bagi yang bersedia mengambil risiko, investasi dalam saham dan instrumen investasi lainnya bisa menjadi pilihan yang tepat.
Abdul berpendapat bahwa saham blue chip, yang merupakan saham dari perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar dan harga saham yang terjangkau, menarik perhatian masyarakat dan calon investor individu untuk mempertimbangkan secara matang tentang investasi jangka panjang, yaitu lima hingga sepuluh tahun.
Cari Tanah Kavling di BSD dengan harga terbaik? Cek disini!
Menurut Abdul, pendekatan ideal adalah membeli saham ketika harganya sedang turun saat ini dan menjualnya nanti dalam jangka waktu lima hingga sepuluh tahun mendatang. Ia menekankan pentingnya untuk tidak menjual saham hanya karena mengalami kenaikan harga kecil sebesar lima persen, karena hal itu dianggap sebagai aktivitas trading bukan investasi yang sejati.
Abdul juga menyarankan masyarakat untuk mempertimbangkan investasi jangka panjang di luar saham blue chip, seperti investasi dalam emas untuk periode lebih dari 10 tahun. Saat ini, harga emas Antam mencapai Rp1.355.000 per gram, yang menjadi opsi menarik untuk investasi jangka panjang.
Selain itu, ia merekomendasikan penggunaan sebagian dana untuk membeli properti atau lahan, seperti sawah atau perkebunan. Investasi dalam Surat Utang Negara (SUN) atau Surat Berharga Negara (SBN), yang memiliki risiko minimal, juga dapat dipertimbangkan sebagai pilihan investasi masyarakat. Meskipun keuntungannya tidak besar, investasi ini dapat memberikan rasa keamanan yang cukup signifikan bagi para investor.
Baca Juga: 13 Istilah Penting dalam Trading Saham: Pemula Wajib Tahu!
Abdul menyatakan bahwa secara psikologis, pendapatan yang diperoleh dari Surat Berharga Negara (SBN) memiliki dampak yang tidak langsung. Meskipun imbal hasilnya kecil, ada efek psikologis karena uang tersebut lebih baik ditempatkan dalam investasi yang menghasilkan imbalan daripada hanya disimpan di rekening tanpa mendapatkan keuntungan.
Sementara itu, Ibrahim Assuabi, Analis Pasar dan Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, menganggap pelemahan nilai tukar rupiah sebagai anomali. Menurutnya, hingga bulan Mei lalu, Indonesia masih mencatat surplus perdagangan yang positif.
Ibrahim menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah tidak seharusnya berlangsung lama jika pasokan dolar dari surplus neraca perdagangan dapat mengalir ke pasar dengan lancar. Menurutnya, pemerintah dan Bank Indonesia seharusnya fokus pada menjaga stabilitas ekonomi Indonesia dengan mempertahankan surplus neraca perdagangan, bukan dengan intervensi valuta asing yang cadangan devisanya terbatas atau dengan menaikkan suku bunga domestik.
Dapatkan juga informasi menarik dan terkini seputar properti, investasi, dan tata cara finansial lainnya di ecatalog.sinarmasland.com. Jangan lewatkan kesempatan untuk memiliki hunian impian Anda dengan bergabung menjadi pengguna eCatalog!